DetikFlores.Com || Kupang –Pada awal September 2022,-Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Timur menyampaikan bahwa Musim Hujan 2022/2023 diprediksi akan datang lebih awal dibanding biasanya. Hasil pemantauan hingga Februari 2023 menunjukkan 10046 zona musim (ZOM) Nusa Tenggara Timur telah mengalami musim hujan. Secara umum sebagian besar ZOM memasuki musim hujan pada bulan Oktober hingga November 2022 serta mengalami puncak pada Februari 2023.
Demikian di sampaikan Rahmatulloh Adji, Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II NTT BMKG Rahmatulloh Adji , dalam jumpa pers di kantor Gubernur NTT, Kamis 30 Maret 2023.
Hingga Februari 2023, pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudera Pasifik menunjukkan La-Nina lemah masih berlangsung namun dengan indeks yang mendekati ambang batas normal yaitu -0,52. Sedangkan di Samudera Hindia, pemantauan suhu muka laut menunjukkan kondisi Netral.
Fenomena La Nina diprediksi akan segera menuju Netral pada periode Maret 2023 dan terus bertahan hingga akhir semester pertama 2023. Pada semester kedua, terdapat peluang sebesar 50-60” bahwa kondisi Netral akan beralih menuju Fase El Nino Lemah. Sementara itu, kondisi IOD diprediksi akan tetap netral hingga akhir tahun 2023.
Awal musim kemarau umumnya berkait erat dengan peralihan Angin Baratan (Monsun Asia) menjadi Angin Timuran (Monsun Australia). BMKG memprediksi Awal Musim Kemarau terjadi seiring aktifnya Monsun Australia pada April 2023 yang akan dimulai dari wilayah Nusa Tenggara dan Bali.
Dari total 28 ZOM di Nusa Tenggara Timur, sebanyak 27 ZOM (96,439) diprakirakan akan mengawali Musim Kemarau bulan April 2023, sedangkan untuk 1 ZOM (3,5796), Awal Musim Kemarau terjadi pada bulan Mei 2023.
Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologis, Awal Musim Kemarau (periode 19912020), maka Awal Musim Kemarau 2023 di Nusa Tenggara Timur diperkirakan MAJU pada
13 ZOM (46,43”6), SAMA DENGAN NORMAL-nya pada 8 ZOM (28,574) dan MUNDUR pada 7 ZOM (25,0056). Wilayah yang awal kemaraunya diprediksikan maju yaitu sebagian kecil Kab. Manggarai Barat, sebagian kecil Kab. Manggarai, sebagian kecil Kab. Manggarai Timur, sebagian kecil Kab. Ngada, sebagian kecil Kab. Nagekeo, Kab. Ende, Kab. Sikka, sebagian Kab. Flores Timur, Kab. Sumba Barat Daya, Kab. Sumba Barat, Kab. Sumba Tengah, Kab. Sumba Timur, Kab. Rote Ndao, sebagian kecil Kab. Kupang, sebagian besar Kab. Timor Tengah Selatan, sebagian kecil Kab. Timor Tengah Utara, sebagian besar Kab. Belu dan sebagian Kab. Malaka.
Apabila dibandingkan terhadap rerata klimatologis (periode 1991-2020), maka secara umum Musim Kemarau 2023 diprediksikan bersifat BAWAH NORMAL (Musim kemarau lebih kering, yaitu curah hujan lebih rendah dari reratanya) sebanyak 16 ZOM (57,14X6), namun terdapat 4 ZOM (14,35) yang diprediksikan akan bersifat ATAS NORMAL (Musim kemarau lebih basah, yaitu curah hujan lebih tinggi dari reratanya) dan sejumlah 8 ZOM (28,574) diprediksikan akan bersifat NORMAL atau SAMA dengan rerata klimatologisnya.
Wilayah yang diprediksi mengalami sifat musim kemarau di bawah normal yaitu sebagian kecil Kab. Manggarai Timur, Kab. Ngada, sebagian kecil Kab. Nagekeo, sebagian kecil Kab. Ende, Kab.Sikka, sebagian Kab. Flores Timur, Kab. Lembata, Kab.Alor, Kab. Sumba Barat Daya, Kab. Sumba Barat, Kab. Sumba Tengah, Kab. Sumba Timur, Kab. Sabu Raijua, Kab. Rote Ndao, sebagian kecil Kab. Kupang, sebagian besar Kab. Timor Tengah Selatan, sebagian kecil Kab. Timor Tengah Utara, sebagian besar Kab. Belu dan sebagian Kab. Malaka.
Puncak Musim Kemarau 2023 di wilayah Nusa Tenggara Timur diperkirakan umumnya terjadi pada bulan Agustus 2023 sebanyak 17 ZOM (60,7196). Namun demikian, terdapat beberapa wilayah yang mengalami puncak Musim Kemarau pada bulan Juli 2023 sebanyak 5 ZOM (17,8696) dan September 2023 sebanyak 6 ZOM (21,43X).
Musim Kemarau pada tahun 2023 umumnya akan tiba lebih awal dibandingkan dengan biasanya. Curah hujan yang turun pada periode musim kemarau 2023 diprediksi akan normal hingga lebih kering dibandingkan biasanya. Meskipun demikian ada beberapa daerah yang diprediksi mengalami curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan biasanya. Periode puncak musim kemarau diprediksi umumnya terjadi di Agustus 2023.
Dalam menghadapi Musim Kemarau 2023, BMKG juga menghimbau, Pemerintah Daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap
” kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang mengalami sifat Musim di Kemarau bawah normal (lebih kering dibanding biasanya). Wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan air bersih. Pemerintah Daerah dapat lebih optimal melakukan t penyimpanan air pada akhir Musim Hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan Pangan NTT Lucky F. Koli mengatakan
“Karena kemarau itu di April, kita akan memanfaatkan musim tanam dua untuk mengisi produksi dengan jenis tanaman yang memiliki adaptasi terhadap kekeringan, tentu masyarakat juga sudah menyiapkan tanaman-tanaman yang cocok untuk musim kemarau,” Ungkap Kepala Dinas Pertanian NTT Lucky F. Koli.
Lanjutnya, disarankan untuk wilayah-wilayah yang musim kemarau jatuh di bulan April untuk menanam kacang-kacangan terutama kacang hijau, kelor, sorgum dan jagung. “Komuditas-komuditas ini tahan terhadap kekeringan dan tanaman holikultura itu akan membantu ekonomi masyarakat, sebab walau hanya memerlukan sedikit air tetapi bisa menyediakan pangan sekaligus ekonomi, sedangkan kelor sekali tanam akan penen sepanjang 60 tahun kedepan,” jelas Lucky.(LK)